Type Here to Get Search Results !

Benarkah...? Senjata Biologis Sudah Pernah Digunakan Pada Tahun 1945

Penulis

Catatan : Sutan Palala

Pada masa era Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai seorang ilmuwan Doktor Ahli Virus dan Bakteri pertama di Indonesia berkelas dunia, yaitu Azhmad Mochtar berasal dari Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Selama ini kita mungkin tidak mengenal sosok Prof. DR. Azhmad Mochtar,  yang namanya diabadikan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagai nama RSUD Provinsi Sumatera Barat pada bekas Rumah Sakit Militer Belanda di Bukittinggi.

Ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijhati Bandung, dan secara resmi Jepang mendirikan Pemerintah Militer di Indonesia pada tahun 1942.

Konon dulunya pada pemerintahan militer Jepang itu, banyak terjadi penyiksaan dan romusha dilaksankan, dibalik semua penyiksaan dan romusha ini teremban misi jahat Jepang untuk menghabisi orang-orang kita.

Melansir dari berbagai sumber, salah satu program Jepang tersebut adalah menebarkan virus/bakteri TCD (Typhus Cholera Dysentery) di tahun 1944 ke seluruh orang kita, terutama yang dipekerjakan sebagai kuli paksa (romusha) tersebut. 

Sebanyak 1.000 lebih pekerja romusha di Klender, Jakarta tewas usai divaksin TCD (Typhus Cholera Dysentery) menjadi korban keganasan Militer Jepang.

Sehingga Jepang meng kambing hitamkan Ilmuwan Ahli Virus dan Bakteri pertama Indonesia berkelas Dunia yaitu Prof.DR. Azhmad Mochtar.

Militer Jepang memaksa Labortarium milik Azhmad Moctar itu untuk membuat produksi virus/bakteri sebanyak-banyaknya.

Namun Azhmad Mochtar menolak perintah militer Jepang tersebut, namun virus tetanus tersebut tetap disebar oleh tentara Jepang yang entah dari mana asalnya.

Sang Profesor bakteri berkelas yang pertama di Asia ini mengambil sikap, daripada anak buah dan kawan- kawan penelitinya yang menjadi korban keganasan militer Jepang maka dia meminta para peneliti dibebaskan dengan taruhan merelakan dirinya untuk menjalani eksekusi.

Dan Azhmad Mochtar di eksekusi oleh militer Jepang pada 3 Juli 1945.  Achmad Mochtar pergi tak meninggalkan bekas, kalaupun ada nisannya di Ereveld, Ancol atau di Verzamelgraf Antjol, sekalipun di Makam Pahlawan Kalibata tak lebih hanyalah pajangan tulisan saja. (*)

Catatan ini dikutip dalam sebuah artikel “Bersama Bupati Pasaman Yusuf Lubis, Mengunjungi Rumah Tua dokter Azhmad Mochtar di Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjo, Kabupaten Pasaman.

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad