Penulis |
Catatan : Sutan Palala
Pada masa era Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai seorang ilmuwan Doktor Ahli Virus dan Bakteri pertama di Indonesia berkelas dunia, yaitu Azhmad Mochtar berasal dari Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Selama ini kita mungkin tidak mengenal
sosok Prof. DR. Azhmad Mochtar, yang
namanya diabadikan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagai nama RSUD
Provinsi Sumatera Barat pada bekas Rumah Sakit Militer Belanda di Bukittinggi.
Ketika
Panglima Tertinggi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di
Kalijhati Bandung, dan secara resmi Jepang mendirikan Pemerintah Militer di
Indonesia pada tahun 1942.
Konon dulunya pada pemerintahan militer Jepang itu, banyak terjadi penyiksaan dan romusha dilaksankan, dibalik semua penyiksaan dan romusha ini teremban misi jahat Jepang untuk menghabisi orang-orang kita.
Melansir dari berbagai sumber, salah satu program Jepang tersebut
adalah menebarkan virus/bakteri TCD (Typhus Cholera Dysentery) di tahun 1944 ke
seluruh orang kita, terutama yang dipekerjakan sebagai kuli paksa (romusha)
tersebut.
Sebanyak 1.000 lebih pekerja romusha
di Klender, Jakarta tewas usai divaksin TCD (Typhus Cholera Dysentery) menjadi
korban keganasan Militer Jepang.
Sehingga Jepang meng kambing hitamkan Ilmuwan
Ahli Virus dan Bakteri pertama Indonesia berkelas Dunia yaitu Prof.DR. Azhmad
Mochtar.
Militer Jepang memaksa Labortarium
milik Azhmad Moctar itu untuk membuat produksi virus/bakteri sebanyak-banyaknya.
Namun Azhmad Mochtar menolak perintah
militer Jepang tersebut, namun virus tetanus tersebut tetap disebar oleh
tentara Jepang yang entah dari mana asalnya.
Sang Profesor bakteri berkelas yang
pertama di Asia ini mengambil sikap, daripada anak buah dan kawan- kawan
penelitinya yang menjadi korban keganasan militer Jepang maka dia meminta para
peneliti dibebaskan dengan taruhan merelakan dirinya untuk menjalani eksekusi.
Dan Azhmad Mochtar di eksekusi oleh
militer Jepang pada 3 Juli 1945. Achmad
Mochtar pergi tak meninggalkan bekas, kalaupun ada nisannya di Ereveld, Ancol
atau di Verzamelgraf Antjol, sekalipun di Makam Pahlawan Kalibata tak lebih
hanyalah pajangan tulisan saja. (*)
Catatan ini dikutip dalam sebuah artikel “Bersama
Bupati Pasaman Yusuf Lubis, Mengunjungi Rumah Tua dokter Azhmad Mochtar di
Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjo, Kabupaten Pasaman.
Posting Komentar
0 Komentar